KRISPATIH "KENANGAN TERINDAH"

Kamis, 06 Oktober 2011

KURIKULUM BIOLOGI UNTUK MEMBERDAYAKAN BERPIKIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah.
Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Terlebih lagi, industri baru dikembangkan dengan berbasis pengetahuan kompetensi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi. Dengan demikian fungsi pendidikan diperluas sebagai hak asasi manusia yang mendasar, modal ekonomi, sosial, dan politik; alat pemberdayaan kelompok yang kurang beruntung, landasan budaya damai dan sebagai jalan utama menuju masyarakat belajar sepanjang hayat.
Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi. Basis kompetensi harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup, akademik, dan seni, pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.
Kurikulum Biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas).
    Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan biologi menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi biologi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi.
    Pengembangan kurikulum Biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi Sains menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip alam, kemampuan bekerja dan bersikap ilmiah sekaligus pengembangan
kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.

1.2. Rumusan Masalah
    Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah
 1. Bagaimana konsep kurikulum pembelajaran biologi
 2. Bagaimana konsep struktur biologis dan proses berpikir
 3. Bagaimana konsep pembelajaran berpikir
 4. Bagaimana cara memaksimalkan kerja otak
 5. Bagaimana proses pembelajaran berlangsung sepanjang hayat
 6. Bagaimana cara mengimplikasikan dalam dunia pendidikan

1.3. Tujuan
 1. Mengetahui konsep kurikulum pembelajaran biologi
 2. Mengetahui komsep struktur biologis dan proses berpikir
 3. Mengetahui konsep pembelajaran biologi
 4. Mengetahui cara atau proses memaksimalkan kerja otak
 5. Mengetahui proses pembelajaran berlangsung sepanjang hayat
 6. Mengetahui cara mengimplikasikan konsep pembelajaran berpikir dalam dunia pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sains Biologi dan Hakikat Pendidikan Biologi
2.1.1. Hakikat Biologi
    Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bios” yang artinya hidup dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan. Obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya. Aristoletes (384-322 SM) adalah seorang ilmuwan dan filosof Yunani yang dipercayai sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari tentang 500 jenis hewan dengan sistem klasifikasinya, hal ini memberi pengaruh yang besar pada pemikiran dalam perkembangan ilmu-ilmu biologi (Salam, 1997).
    Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat setiap tahun dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran. Hal ini juga mendukung perkembangan ilmu pendidikan biologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal.
2.1.2. Hakikat Pendidikan Biologi
    Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006).
    Pendidikan biologi mestinya memberikan andil dalam perkembangan biologi dari waktu ke waktu. Pengenalan berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu dikelompokkan sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia mempelajari biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak manfaat dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan, pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam mengolah bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia.
    Jadi, pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan untuk pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Cara pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai pendidikan.
    Hakikat pendidikan biologi adalah pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan bermakna dan bermartabat. Secara filosofis, hakikat pendidikan biologi menjelaskan bagaimana proses pembentukan pemikiran manusia dalam kaitannya mempelajari alam sekitar, sehingga cara pandang biologi terhadap proses berpikir dapat dipertimbangkan sebagai suatu alternative pendekatan dalam ilmu sains.
2.2.  Kurikulum Pembelajaran Biologi
    Kurikulum adalah serangkaian rencana pengajaran dan sebagai suatu system (system kurikulum) yang merupakan bagian dari system persekolahan atau suatu lembaga pendidikan. Kurikulum sebagai rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan pelajaran yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu system, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau system sekolah (Sukmadinata, 2010).
    Kurikulum biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan biologi menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi biologi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi.
    Kurikulum Biologi menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pemahaman ini bermanfaat bagi siswa agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang sains dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan sains dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum sains lebih menekankan agar siswa menjadi pembelajar aktif dan luwes (Depdiknas, 2003).
2.2.1. Berpikir
    Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan pemecahan. Yang menjadi masalah adalah bahwa hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena itu berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian-kejadian yang tidak sedang berlangsung.
    Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru, untuk memperoleh jawaban baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif ini, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka diperlukan imajinasi. Contoh berpikir kreatif adalah:
·    Andaikanlah apabila anda menjadi seorang astronot?
· Bila anda terdampar seorang diri di pulau, apa yang akan anda lakukan?

    Berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal. Sebenarnya dalam menghadapi suatu masalah kita membutuhkan kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir logis-analitis dan berpikir kreatif. Berpikir logis-analitis oleh Guilford disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir ini cenderung menyempit dan menuju ke jawaban tunggal. Sementara itu berpikir kreatif sering disebut oleh Guilford sebagai berpikir divergen, karena di sini pikiran didorong untuk menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru.
2.2.2. Struktur Biologis dan Proses Berpikir
    Struktur biologis yang sangat unik pada manusia yang memiliki kemampuan berpikir adalah otak. Otak manusia beratnya tidak lebih dari 1,5 kg. Otak adalah pusat berpikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan, serta bahasa dan ingatan. Seorang filsuf, Rene Descartes, pernah mengatakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran manusia diibaratkan sebagai sains, sedangkan badan manausia sebagai kudanya. Otak merupakan kumpulan sel-sel saraf yang memiliki fungsi pengaturan dan pusat kontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anggota tubuh manusia.
    Pada saat kelahiran, otak telah menata dirinya menjadi lebih dari 40 fungsional wilayah yang berbeda yang mengatur hal-hal seperti penglihatan, pendengaran, bahasa, dan gerakan otot. Otak memproses data indrawi yang masuk ke dan melalui daerah fungsional. Pengolahan tersebut dilakukan sebagai data sensoris masuk melalui jalan dari lima indera-semua yang kita lihat, dengar, merasa, bau, dan rasa. Panca indera adalah salah satu caranya otak untuk mendapatkan data tentang dunia luar. Untuk meningkatkan input, otak mengkonstruksi mekanisme motorik yang meningkatkan pengumpulan informasi. Perangkat tambahan ini terdiri atas jaringan sederhana dan refleks otomatis untuk berpikir dan eksplorasi.
    Sebagai sistem penyimpanan data, otak membutuhkan tak terhitung jumlah gambar, mengumpulkan mereka satu demi satu, dan menyimpan dalam bentuk bagian-bagian khusus di sel otak. Kelebihan sel otak adalah bahwa satu sel bisa dipanggil berkali-kali untuk mengidentifikasi factor yang sama, misalnya apakah ada sesuatu yang horizontal atau vertikal. Satu sel ini dapat mengenali beragam objek vertical seperti gedung, buku, atau pensil. Setiap sel otak memiliki kapasitas untuk menyimpan fragmen banyak kenangan.   
   Kenangan ini atau karakteristik dunia dipecah menjadi unsur bagian- cahaya foton, molekul bau, getaran gelombang suara-siap dipanggil ketika koneksi jaringan tertentu perlu diaktifkan. Seperti penyimpanan informasi non-bahasa, aspek bahasa juga disimpan dalam berbagai bagian otak. Pendengaran, lisan, membaca visual dan kapasitas menulis disimpan secara terpisah. Nama hal-hal alam, seperti tanaman dan hewan, dicatat di salah satu bagian otak yaitu sebagai nama benda, mesin, dan benda lainnya buatan manusia disimpan di tempat lain. Kata dipisahkan dari verba, dan fonem dari kata-kata.
    Adaptasi biologis tertentu pada tubuh memungkinkan manusia untuk menghasilkan, mendengar, dan mengenali suara merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup. Butuh waktu lama bagi manusia untuk membalikkan cara untuk menyampaikan informasi dengan menggunakan tanda sebagai simbol. Manusia secara biologis tidak dirancang untuk tujuan membaca atau menulis. Membaca dan menulis merupakan potensi biologis yang dirancang untuk keperluan lain. Satu-satunya cara kita bisa belajar apa pun adalah melalui struktur biologis kita.

2.3. Tahapan Biologis dan Proses Berpikir
    Dibandingkan dengan organisme hidup lainnya, manusia memasuki dunia dengan kepala kosong. Banyak jenis burung, ikan, dan hewan lainnya dilahirkan dengan otak yang telah terprogram dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, mengumpulkan makanan, dan mereproduksi jenis mereka sendiri. Misalnya, beberapa burung yang bermigrasi dapat melakukan perjalanan ke lokasi di mana mereka tidak pernah jelajahi sebelumnya, yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Hewan-hewan lainnya juga memiliki insting yang independen untuk belajar. Tapi bayi manusia yang baru dilahirkan sangat tidak berdaya. Dia harus membangun pengetahuan tentang dunianya sendiri secara bertahap.
    Dari perspektif biologis, manusia yang dilahirkan dengan pengetahuan yang amat sangat kurang adalah hal yang istimewa. Hal ini memperkuat kemampuan spesies untuk bertahan hidup. Manusia dapat berkembangbiak di hampir lingkungan apapun, dan anak-anak mereka akan belajar tentang lingkungan melalui pengamatan dan interaksi dengan lingkungannya. Kita telah dikaruniai dengan hadiah genetic kuat satu-set kemampuan berpikir yang diprogram muncul secara bertahap, sehingga kita memiliki waktu untuk membangun kemampuan diri yang memungkinkan kita untuk belajar bagaimana bertahan hidup dalam lingkungan.
    Kemampuan berpikir alami yang muncul pada manusia telah terbukti dengan baik. Dasar psikologis muncul melalui bukti kemampuan individu untuk menangani ide independen dan untuk berhubungan dalam meningkatkan kombinasi pemikiran dalam rentang usia dua atau tiga tahun dan sekitar usia 3 sampai 17 tahun (Pascual-Leone, 1970; Case, 1974). Hal ini juga dibangun melalui kecenderungan individu untuk meniru perilaku individu lain dalam rentang usia dua sampai tiga tahun dan saat mereka bertambah dewasa, untuk menggantikan diri menjadi contoh (Piaget, 1969). Dan banyak peneliti telah menemukan berbagai deskripsi tentang fenomena pemikiran manusia (Bruner, 1966; Erikson, 1950; Gagne, 1970; Vygotsky, 1974), yang mana semua ini digunakan dalam pengajaran siswa di dalam kelas.
A. Tahap 1 : Membangun sebuah Pengetahuan (Pemetaan suatu bentuk)
    Aspek yang paling penting dari tahap ini adalah pembentukan objek permanen yaitu benda-benda yang telah diketahui sebelumnya meskipun dari hanya melihat. Pentingnya membangun pemikiran menjadi begitu mendasar bagi semua hal yang kita lakukan. Kita tidak akan tahu ke mana harus pulang pada malam hari, kita tidak berhenti membaca sebuah buku jika kita tidak bisa percaya bahwa tulisan pada halaman akan tetap sama ketika kita tidak membacanya. Mengetahui bahwa dunia dapat dipercaya untuk menjaga hal-hal tetap berada di tempatnya dan mereka adalah penting untuk semua pelajaran nanti.
Secara biologis, kita memiliki waktu sekitar tiga tahun usia anak-anak untuk menetapkan pengetahuan dasar lingkungan di mana kita hidup. Selain itu, otak dirancang untuk menyandikan kata-kata mudah. Anak-anak akan mengkodekan, rata-rata, sekitar 10 kata-kata baru setiap hari antara usia 2 sampai 5 tahun (Jackendoff, 1994). Anak-anak sangat aktif dan penuh semangat membentuk konsep dan mengaitkan konsep-konsep dengan kata-kata. Bahkan pada tahap awal, anak-anak mampu dengan sengaja melakukan proses penyelidikan yang berkontribusi pengetahuan untuk membangun pribadi anak.

B. Tahap 2 : Membandingkan hal yang telah diketahui untuk mempelajari hal yang belum diketahui.
    Kekuatan berpikir pada tahap ini luar biasa. Anak akan membentuk konsep mendasar tentang dunia fisik serta sifat (persamaan dan perbedaan perbandingan berdasarkan ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya); tentang ordinal dan angka kardinal (satu per satu penulisan derajat yang bervariasi); tentang semua langkah (perbandingan ukuran yang dikenal, seperti tongkat meter, untuk ukuran yang tidak diketahui, seperti dimensi tabel), dan tentang penggunaan simbol yang bermakna (pengakuan kata). Anak akan belajar lebih banyak kata pada tahap ini daripada dia istirahat. Dia juga bisa belajar untuk membaca musik dan dengan koordinasi motorik yang tepat, memainkan alat musik, pola tari yang kompleks, atau melaksanakan rutinitas atletik senam atau lainnya.


C. Tahap 3 : Menempatkan hal secara bersama-sama
    Proses berpikir berikutnya dimulai pada usia 6 tahun dan ditetapkan bagi kebanyakan anak usia 8 tahun (Lovell dan lain-lain, 1962; Smedslund, 1964; Bruner dan Kenney, 1966). Proses ini memungkinkan anak untuk mengelompokkan semua objek di set berdasarkan satu atribut umum. Tanpa instruksi formal, anak akan meletakkan semua benda biru bersama-sama dari susunan objek, dan kemudian terus mengurutkan kuning, merah, dan warna lainnya lainnya ke dalam kelompok-kelompok. Di sekolah formal, konsep "semua" dan "beberapa" dapat dengan mudah diajarkan pada tahap ini. Pada konsep-konsep ini, anak dapat membangun pemahaman tentang semua operasi dasar matematika. Aturan sederhana dapat dipahami dan dihasilkan oleh anak jika diberi kesempatan. Dalam keberadaan kita sehari-hari, kita jarang menggunakan berpikir lebih tinggi dari tahap ini.

D. Tahap 4 : Ide-ide simultan
    Ketika anak-anak mulai memiliki mental berpikir yang menunjukkan mereka dapat menggabungkan lebih dari satu ide pada suatu waktu, mereka telah memasuki tahap 4. Bagi kebanyakan anak kemampuan ini terjadi pada usia 8 tahun dan terus berkembang sampai usia 10 tahun (Inhelder dan Piaget, 1964; Vernon, 1965). Siswa mulai menikmati permainan kata dan dapat dengan mudah mengerti homonim. Mereka mulai kreatif menulis dari "itu adalah sebuah rumah tua, yang merupakan rumah coklat; itu adalah rumah kosong" (deskripsi dari rumah, satu properti pada satu waktu) untuk "itu adalah, warna coklat tua, rumah kosong" (deskripsi bervariasi untuk kata benda yang sama). Penalaran ilmiah mereka mulai muncul dari berpikir trial and error atau mengikuti sebuah "resep" exprimental untuk merenungkan dampak dari membandingkan 2 situasi secara bersamaan dalam kondisi yang berbeda. Dalam pelajaran matematika, tempat dan nilai sekarang dapat dengan mudah dipahami. Esensi dari kualitas tulisan menjadi lebih jelas dan baik.

E. Tahap 5 : Hubungan-hubungan super ordinat atau sub-ordinat
    Berpikir tentang hubungan antara kelompok-kelompok objek dan konsep lebih tinggi dari anak-anak merupakan indikator dari tahap perkembangan. Hal ini muncul pada usia 11 tahun. Berpikir menyadari bahwa jika salah satu koleksi benda-benda termasuk dalam kelompok, maka semua objek dalam pengelompokan yang lebih kecil adalah bagian dari yang lebih besar. Sebaliknya, bagian dari kelas yang lebih besar berisi semua yang lebih kecil. Ada pengakuan bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya dan contoh untuk mewakili keseluruhan tidak ada. Pola kemampuan siswa pada tahap ini ditandai oleh masuknya satu atau lebih kelas objek di dalam kelas lebih tinggi dari objek. Siswa mengakui bahwa seluruh (Kelas besar) adalah sama dengan jumlah bagian-bagiannya (yang subclass) dan bahwa ada hubungan yang logis antara kelas besar dan kecil. Misalnya, siswa menyadari bahwa semua paus adalah mamalia tetapi bahwa tidak semua mamalia adalah paus. Pada tahap ini siswa dapat sepenuhnya memahami bahwa mereka hidup di kota tertentu dan negara tertentu pada saat yang sama, dan yang satu adalah lebih tinggi yang lain.

F. Tahap 6 : Penalaran Kombinasi
    Tahap selanjutnya terungkap pada usia 13-14 tahun (Lawson dan Renner, 975; Lowery, 1981b), di mana siswa menjadi lebih fleksibel dalam berpikir. Individu pada tahap ini dapat mengklasifikasikan objek dengan satu atau lebih atribut, maka reklasifikasi mereka dalam berbagai cara yang berbeda, masing-masing menyadari bahwa cara yang diperbolehkan di waktu yang sama dan bahwa pilihan untuk pengaturan tergantung pada tujuan seseorang. Sekolah tidak harus terus mengajar di tingkat kelas atas seperti cara mereka mengajar di tingkat awal, hanya membuat konten yang lebih abstrak. Siswa perlu pengalaman yang tepat untuk berpikir bahwa mereka sedang belajar. Jika pengalaman tersebut tidak diberikan pada tahap ini, banyak siswa, sebagai orang dewasa, tidak akan mampu untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kemungkinan kombinasi hubungan yang terlibat dalam masalah kompleks yang akan mereka hadapi dalam kehidupan pribadi dan professional mereka.

G. Tahap 7 : Berpikir fleksibel
    Ketika tahap 7 muncul pada usia 16 tahun (Karplus dan Karplus, 1972; Lowery, 1981a; Lowery, 1981b), siswa dapat mengembangkan kerangka berpikir berdasarkan alasan logis tentang hubungan antara benda atau ide-ide, sementara pada saat yang sama menyadari bahwa pengaturan adalah salah satu dari banyak kemungkinan yang pada akhirnya dapat diubah berdasarkan wawasan baru. Tahap ini dicirikan oleh individu yang sudah mampu untuk mengklasifikasikan dan reklasifikasi objek atau ide-ide ke dalam hierarki yang terkait atau kelas inklusif. Pola pikiran manusia pada tahap ini menjadi kompleks dan dapat dinyatakan dalam berbagai cara.

2.3.1.  Teori Perkembangan Piaget
    Psikolog Swiss, Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Piaget mengadakan penelitian pada anak mengenai perkembangan kognitif anak. Dari penelitiannya Piaget mengusulkan 4 tahapan perkembangan kognitif yang tiap tahapannya berhubungan dengan usia dan cara berpikir. Tahap-tahap itu adalah:
1. Tahap Sensorimotor (dari usia lahir sampai 2 tahun)
    Pada tahap ini seorang bayi membangun pemahamannya tentang dunia sekitarnya melalui koordinasi pengalaman indrawinya dengan gerakan motorik. Pada awal masa perkembangan bayi tak berbeda jauh dari gerakan refleksnya. Di akhir tahapan seorang bayi mulai bisa membedakan dirinya dan dunia sekitarnya dan mulai menyadai bahwa objek akan tetap ada walau tak terlihat atau tak terdengar.
2. Tahap Preoperasional (kira-kira usia 2 sampai 7 tahun).
    Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel.

3. Tahap Operasional Konkret (kira-kira usia 7 sampai 11 tahun)
Menurut Santrok juga Jamaris, pada usia ini anak sudah mempu melakukan seriasi dan klasifikasi terhadap satu set objek dan juga menemukan hubungan logis antara elemen-elemen yang tersusun secara teratur (transitivity). Pada tahap ini anak juga mampu memecahkan masalah secara konkrit atau dalam bentuk kegiatan nyata. Selain itu anak juga sudah mulai mengurangi sifat egosentrisnya. Anak pada tahap ini sudah mengerti konsep irreversibel dan konservasi. Misalnya. Anak sudah mulai mengerti bahwa jika air dituangkan ke wadah lain maka volume/banyaknya tetap sama.

4. Tahap Operasional Formal (kira-kira usia 11- 15 tahun sampai dewasa).
Tahap operasional formal adalah tahap terakhir perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Siswa pada usia ini telah mampu berpikir abstrak, idealistis dengan cara yang logis.

2.4. Pembelajaran adalah Proses Berpikir
    Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated).
    Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang, bahwa mengajar itu bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt dalam Sanjaya (2009) dikatakan bahwa, mengajar dalam pembelajaran berpikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
    Dalam proses pembelajaran La Costa (Sanjaya, 2009), mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu:
1) Teaching of thinking, adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada aspek tujuan pembelajaran.
2) Teaching for thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitikberatkan kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimal.
3) Teaching about thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada metodologi yang digunakan dalam proses pembelajaran.
    Pada kenyataannya, proses pembelajaran berpikir menyangkut tiga hal tersebut. Artinya, dalam pelaksanaan pembelajaran, kita tidak mungkin melepaskan ketiga aspek di atas. Contohnya, untuk dapat melatih keterampilan berpikir tertentu kepada siswa sangat diperlukan suasana yang mendukung serta metodologi yang dianggap efektif. Oleh karenanya, ketiga hal di atas, memiliki keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan.
2.4.1. Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak
    Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memilki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu.

2.4.2. Sifat Proses Berpikir
    Kedua belahan otak yang dimiliki manusia merupakan dua bagian yang tidak terpisah tanpa ada hubungan. Kedua belahan otak tersebut tetap saja memiliki hubungan (koneksi), walaupun setiap belahan otak bentunya memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Proses berpikir otak kiri bersifat: logis, linier (searah), rasional, sistematis, dan detail.

1. Logis.
    Logis merupakan suatu cara berpikir di mana bentuk dari berpikir itu sudah terpola dengan baku. Sebuah kesimpulan dalam cara berpikir logik didapat melalui suatu proses yang taat/terikat pada pola tersebut. Misalnya ada sebuah pernyataan bahwa semua manusia pasti mati (premis mayor). Kemudian ada pernyataan berikutnya yang mengatakan bahwa Tono adalah manusia (premis minor). Dari dua pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Tono pasti mati. Pada cara berpikir logis, sebuah kesimpulan didapat melalui sebuah penalaran yang sudah berpola.
2. Linier.
    Linier merupakan suatu cara berpikir di mana apa yang dipikirkan selalu searah. Misalnya apabila kita masuk ke dalam suatu ruangan yang gelap maka kita tidak akan dapat melihat, semakin gelap maka semakin tidak dapat melihat. Berpikir linier selalu melihat suatu hubungan berjalan searah.
3. Rasional
    Rasional merupakan berpikir dengan menggunakan rasio sebagai dasar berpikirnya. Ide atau gagasan yang diperoleh didapat melalui suatu proses pertama informasi di tangkap oleh indera, kemudian diolah di otak, dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, kemudian menghasilkan sebuah ide atau gagasan. Ini berbeda dengan berpikir intuitif di mana ide atau gagasan tiba-tiba muncul entah dari mana asalnya.   
4. Sistematis   
    Sistematis merupakan proses berpikir di mana berpikir merupakan tahapan, dari tahap yang paling awal, kemudian, dan akhir. Dalam berpikir sistematis tidak diperkenan melewati satu tahapan dalam berpikir (loncat-loncat).
5. Detail
    Berpikir detail merupakan berpikir di mana apa yang kita pikirkan kita bagi pada bagian yang rinci. Kemudian kita telaah secara spesifik dan mendalam.

2.5. Sifat Proses Berpikir Otak Kanan
    Belahan otak kanan memiliki fungsi yang khusus yang berlainan dengan belahan otak kiri. Belahan otak kanan memiliki fungsi: acak, tidak teratur, intuitif, dan menyeluruh.
1. Acak
    Acak yang dimaksud di sini adalah bahwa belahan otak kanan bekerja menghasilkan suatu ide, atau suatu kesimpulan tidak melalui suatu proses berpikir yang kaku. Dalam menghasilkan suatu lukisan yang indah seorang pelukis menemukan idenya tanpa harus berpikir logik. Ia berimajinasi dari suatu peristiwa pada peristiwa yang lain, dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
2. Tidak Teratur
    Belahan otak kanan memiliki karakterisik untuk berpikir tidak teratur. Ia dapat langsung pada ide pokoknya baru pada bagian lain yang lebih kecil, atau memulai sesuatu tanpa ada tahapan yang jelas.
3. Intuitif
    Berpikir intuitif adalah berpikir di mana ide atau gagasan didapat tanpa melalui proses berpikir yang rasional. Ide atau gagasan itu muncul saja dari dalam pikirannya tanpa ia mengetahui dari mana asal pikiran itu. Ketika berada dalam kamar mandi terkadang muncul solusi atas permasalahan yang sebelumnya tidak kita ketemukaan jawabannya. Atau tiba-tiba kita ingin sekali pergi menemui ibu kita di rumah tanpa ada sesutu yang terjadi sebelumnya. Itulah berpikir intuitif.
4. Menyeluruh
    Berpikir menyeluruh adalah berpikir dengan mempertimbangkan banyak hal. Melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berbagai aspek. Dengan fungsi otak kanan ini, manusia dapat berpikir bahwa yang menyebabkan banjir bukan hanya karena hujan besar, akan tetapi banyak faktor lain lagi, seperti perilaku membuang sampah di kali, hilangnya daerah serapan air, banyaknya bangunan, dan lain sebagainya. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan menyeluruh. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan, dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (perasaan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran ruang, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi.
    Namun, bukan berarti belahan otak kanan lebih penting daripada belahan otak yang kiri, ataupun sebaliknya. Kedua-duanya sangat penting, karena itu keduanya harus dikembangkan secara seimbang agar fungsi masing-masing belahan berjalan seimbang dan saling menguatkan. Jika hanya terfokus pada salah satu belahan maka belahan yang kurang berkembang akan terhambat dalam menjalankan fungsinya. Anak menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang untuk menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya jika fungsi belahan otak kanannya yang lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis, linier dan teratur yang juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
    Beberapa latihan dan kebiasaan ini sebaiknya dilakukan tiap hari. Pendapat lain tentang otak adalah teori Otak Triune. Triune berarti “three in one”. Menurut teori otak Triune, otak manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu otak reptile, system limbic, dan neokorteks.
    Otak reptile adalah otak paling sederhana. Tugas utama otak ini adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti degupan jantung dan system peredaran darah. Disinilah pusat perilaku naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta. Otak reptile diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar kekuasaan. Ia akan berbuat apa saja demi mencapai tujuan yang diinginkannya termasuk untuk mempertahankan diri.
    System limbic adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat social dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka panjang. Neokorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatannya. Otak ini memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan kedepan dan berkreasi. Otak ni yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lain ciptaan Tuhan.
    Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Apabila proses pembelajaran mampu mencapai otak neokorteks, maka sudah barang tentu otak reptile dan system limbic akan terkembangkan; namun demikian pembelajaran yang hanya menyentuh system limbic apalagi otak reptile belum tentu neokorteks akan terkembangkan. Dengan demikian, pembelajaran mestinya mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berhubungan dengan fungsi neokorteks, melalui pengembangan berbahasa, memecahkan masalah, dan membangun kreasi.

2.5.Cara Memaksimalkan Kerja Otak
    Beberapa cara sederhana berikut ini dapat dilakukan untuk memaksimalkan kerja otak kita, serta menjaga otak kita dari kepikunan:
1) Biasakan sarapan.
    Sarapan merupakan energi untuk aktivitas kita. Dengan sarapan, berarti kita memiliki cadangan energi agar tetap fit dalam beraktivitas. Kenyatannya, banyak orang menyepelekan sarapan. Padahal, tidak mengkonsumsi makanan di pagi hari menyebabkan turunnya kadar gula dalam darah. Hal ini berakibat pada kurangnya masukan nutrisi pada otak yang akhirnya berakhir pada kemunduran otak. Karena itu pula, di bulan puasa kita dianjurkan untuk bersantap sahur. Tujuannya, agar ada cadangan energi untuk melakukan aktivitas selama seharian berpuasa. Nutrisi otak tidak hanya belajar dan menghapal, tapi juga makanan yang akan mentimulasi saraf-saraf kerja otak agar bekerja secara maksimal. Selain sarapan, mengkonsumsi makanan penambah daya ingat seperti minum teh dan pegagan juga sangat membantu asupan nutrisi otak.
2) Hindari terlalu banyak makan.
    Mengontrol nafsu makan sama pentingnya dengan mengontrol emosi. Terlalu banyak makan akan mengeraskan pembuluh otak. Dalam jangka waktu tertentu, pengerasan pembuluh otak biasanya menuntun kita pada menurunnya kekuatan mental. Terlalu banyak makan biasanya mengundang kantuk. Terlalu sering tidur umumnya berarti sering membuat otak tidak terpakai alias libur. Lama-lama otak menjadi tumpul, banyak lupa dan bisa saja menyebabkan kemunduran mental dan pikun. Perut yang terlalu penuh terisi makanan akan melemahkan pikiran, sehingga fungsi kerja otak tidak maksimal.
3) Menghindari Merokok.
    Selain berbahaya untuk jantung, paru-paru dan mengganggu fertilisasi, merokok juga berakibat sangat mengerikan pada otak kita. Merokok menyebabkan otak kita bisa menyusut dan akhirnya kehilangan fungsi-fungsinya. Dengan menyusutnya otak dan hilangnya fungsi otak, kita rawan Alzheimer (pikun), apalagi di masa tua kelak. Bahaya merokok tidak main-main, baik untuk perokok aktif maupun pasif. Kandungan nikotin berpengaruh besar terhadap kerusakan organ-organ tubuh manusia, termasuk otak kita.
4) Hindari mengkonsumsi gula berlebihan.
    Terlalu banyak mengkonsumsi gula bisa meningkatkan risiko berbagi penyakit, seperti diabetes. Bagi otak, terlalu banyak asupan gula akan menghalangi penyerapan protein dan gizi sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan perkembangan otak terganggu. Protein berguna untuk kecerdasan dan ketajaman daya ingat, sehingga jika asupannya terganggu, daya ingat akan melemah dan kurang konsentrasi. Sebaiknya, konsumsi gula sesuai kebutuhan tubuh saja, berimbang dengan kandungan gizi makanan lainnya. Sesuatu yang terlalu atau berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan fisik, psikis dan otak kita.
5) Mewaspadai dan menghindari polusi udara.
Saat ini memang cenderung sulit menghindari polusi udara karena polusi udara sudah merambah ke hampir tiap sudut wilayak negeri. Tetapi paling tidak kita harus bisa mengantisipasi dan mengurangi risiko terkena polusi itu. Otak adalah bagian tubuh yang paling banyak menyerap udara. Jika terlalu lama berada di lingkungan dengan udara yang penuh polusi akan membuat kerja otak tidak efisien. Logikanya, kita pasti merasa tidak nyaman ketika berada di lingkungan berpolusi, sesak, bau dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, kita juga akan sulit mengoptimalkan pikiran dan memusatkan perhatian karena perasaan tak nyaman itu.
6) Tidur dan istirahat yang cukup.
    Tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tetapi juga mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks. Serebral korteks ini adalah bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang digunakan untuk mengingat, memvisualisasikan dan membayangkan, serta menilai dan memberikan alasan sesuatu. Bila kita sering melalaikan tidur akan membuat sel-sel otak banyak yang mati kelelahan. Memaksakan otak bekerja keras tanpa istirahat sama dengan membunuh banyak sel-sel otak kita. Menurut penelitian, 24 jam saja kita tidak tidur, maka akan muncul gejala gangguan mental serius, seperti cepat marah, kehilangan memori, berhalusinasi dan berilusi. Ini merupakan reaksi dari kelelahan otak yang disebabkan pula lelahnya otot atau fisik kita karena tidak tidur. Jika sudah begini, jangankan memaksimalkan kerja otak, mengontrol emosi pun akan lebih sulit.
7) Tidur dalam gelap tanpa menutupi kepala.
    Ketika tidur, sebaiknya ada sirkulasi udara yang lancar. Biasakan untuk meminimalkan penggunaan lampu agar tercipta suasana kegelapan yang alami. Kegelapan ternyata bisa membantu mengatasi kelelahan tubuh dan pikiran kita, sehingga produksi hormon melatonin optimal. Hormon melatonin bermanfaat untuk menjaga irama tubuh dalam pengaturan tidur, meningkatkan imunitas tubuh, membantu relaksasi otot, meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan pikiran. Membiarkan kepala terbuka saat tidur sama dengan menyerap asupan hawa yang penting untuk sirkulasi otak kita. Sebaliknya, menutupi kepala ketika tidur merupakan kebiasaan buruk yang sangat berbahaya. Karbondioksida yang diproduksi selama tidur akan terkonsentrasi, sehingga otak tercemari. Lama-lama otak menjadi rusak.
8) Jangan berpikir terlalu keras ketika sakit.
    Saat sakit, tubuh sedang mengalami penurunan kemampuannya. Bekerja keras, berpikir keras atau memaksakan belajar ketika kondisi tubuh sedang tidak fit akan berpengaruh terhadap daya otak kita. Jika dipaksakan, kerja otak menjadi tidak efektif dan bisa merusak sel-sel otak. Karena itu, para ahli medis sering menyarankan agar jangan banyak pikiran ketika sakit. Tujuannya, supaya kerja otak kita yang tidak optimal saat sakit tidak terlalu terbebani. Organ-organ tubuh manusia memiliki kelemahan, sehingga perlu dipulihkan dan diberi kesempatan untuk rehat (relaksasi). Berdoa dengan khusyuk merupakan cara terbaik yang bisa menumbuhkan penyerahan dan kepasrahan diri, serta ketenangan jiwa dan pikiran, sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan. Kedekatan ini yang akan membuat pikiran kita semakin positif , sehingga otak kita juga rileks dan cepat pulih.
9) Meningkatkan stimulasi otak.
    Berpikir adalah cara terbaik untuk melatih kerja otak. Kurang berpikir justru membuat otak menyusut dan akhirnya tidak berfungsi maksimal. Kontinuitas berpikir yang baik terjadi ketika kita tetap belajar. Artinya, kita wajib belajar sepanjang usia kita. Belajar tidak harus selalu diasumsikan dengan sekolah karena banyak sumber belajar yang sederhana dan mudah dijalani. Membaca buku-buku yang bermanfaat, karena membaca dapat meningkatkan kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Otak yang terstimulasi dengan energi positif akan bekerja secara positif dan maksimal, serta akan menghasilkan pemikiran-pemikiran positif, sehingga kepikunan dan kerusakan otak bisa dicegah
10) Melakukan pembicaraan yang bermanfaat.
    Ngobrol, bercerita, curhat atau melakukan percakapan ternyata memiliki efek positif pada otak. Percakapan intelektual biasanya membawa efek bagus pada kerja otak yang dipicu oleh proses berpikir yang baik. Sharing masalah dengan orang yang tepat juga bisa menstimulasi otak kita untuk berpikir solutif dan terkontrol karena masukan yang tepat akan membuat wawasan berpikir kita semakin kaya. Dengan banyak menerima informasi yang berbeda, memori otak juga semakin terlatih, menyimpan dan menyalurkan informasi tersebut dengan terarah. Otak juga bisa jenuh kalau hanya terkurung dalam kebisuan dan menerima informasi yang monoton. Memanfaatkan kemampuan bicara kita untuk menerima dan menyampaikan hal yang bermanfaat baik untuk otak dan hubungan sosial kita. Mengikuti kegiatan sosial juga dapat menjadi sarana untuk melakukan pembicaraan dan kegiatan yang bermanfaat, sehingga keuntungan sosialisasi didapat, otak pun tidak cepat rusak.
11) Menulislah.
    Selain bicara, otak juga dapat dioptimalkan fungsi kerjanya dengan menulis. Menulis ekspresif seperti menulis diary atau menulis kronologis seperti menulis biografi, serta menulis ilmiah akan meningkatkan daya kerja otak. Membaca, berpikir dan menulis merupakan rangkaian stimulus otak yang komplit. Ketika menulis, otak kiri dan kanan kita ikut bekerja, sehingga keseimbangan fungsi otak tetap terjaga dan daya ingat kita terasah untuk mengolah ide menjadi kata dan bahasa yang dituangkan dalam kalimat-kalimat di tulisan kita. Saat ini, media menulis sudah semakin berkembang, menulis di blog bisa menjadi salah satu alternatif menulis dan sharing informasi dengan orang lain. Selain otak kita terasah, perasaan dan pemikiran kita tersalurkan juga bisa meluaskan hubungan sosial kita.
12) Olahraga teratur.
    Olahraga penting untuk menjaga kebugaran tubuh dan mengaktifkan fungsi-fungsi organ tubuh. Jika koordinasi antarorgan tubuh terjalin dengan baik, maka asupan nutrisi juga lancar, sehingga tidak hanya tubuh yang fit, tetapi juga otak yang “cling”. Saat ini dikembangkan kegiatan olahraga yang berfungsi mengaktifkan fungsi kerja otak agar tergindar dari kepikunan. Istilahnya GLO (Gerak Latih Otak) atau biasa disebut senam otak. Inti dari senam otak ini ialah meredakan ketegangan, peregangan saraf dan otot, pengaturan nafas, serta pemusatan konsentrai. Kita juga dapat melakukan olahraga ringan seperti jogging, dan catur. Sebagaimana diungkapkan Ahli Geriatri dari Montefiore Medical Center, Dr Gary Kennedy bahwa mengerjakan teka-teki silang, bermain catur atau belajar bahasa bisa bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kerja otak, sehingga terhindar dari demensia dan Alzheimer.
13) Relaksasi dan Rekreasi.
    Rekreasi merupakan salah satu kegiatan relaksasi otak dari kepenatan. Rekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan, atau rekreasi dengan melakukan kegiatan seputar hobi bisa membuat otak rileks. Perasaan suka dan bahagia yang dirasakan ketika rekreasi ini akan menstimulasi kerja otak kita, sehingga pikiran lebih segar dan tidak mumet.
14) Beribadah dengan khusyuk.
    Beribadah dan berdoa dengan khusyuk akan meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian. Kedua hal ini merupakan pilar sekaligus akar daya ingat yang akan menjaga keseimbangan memori dan fungsi otak. Secara spiritual, ibadah yang khusyuk dan dzikrullah memberikan efek konsentrasi dan relaksasi hati juga pikiran kita karena kita memasrahkan raga dan jiwa kepada Yang Memiliki kita. Segala persoalan hidup, harapan dan kebutuhan tersampaikan dalam hubungan vertikal yang dalam. Menenangkan jiwa, menumbuhkan spirit dan menanamkan optimis akan kekuatan Maha Pencipta. Kesadaran, kepasrahan dan konsentrasi spiritual inilah yang mampu menjaga otak dari kepikunan karena kita selalu ingat akan Yang Menciptakan kita.

2.6. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
    Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin dicapainya. Dalam proses mencapai tujuan itu, manusia akan dihadapkan pada berbagai rintangan. Manakala rintangan sudah dilaluinya, maka manusia akan dihadapkan pada tujuan atau masalah baru; untuk mencapai tujuan itu manusia akan dihadapkan pada rintangan baru pula, yang kadang-kadang rintangan itu semakin berat. Demikianlah siklus kehidupan dari mulai lahir sampai kematiannya manusia akan senantiasa dihadapkan pada tujuan dan rintangan terus-menerus.     Dikatakan manusia yang sukses dan berhasil manakala ia dapat menembus rintangan itu; dan dikatakan manusia gagal manakala ia tidak dapat melewati rintangan yang dihadapinya. Atas dasar inilah sekolah harus berperan sebagai wahana untuk memberikan latihan bagaimana cara belajar. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya.
Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah dikemukakan di atas, sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996) dalam Sanjaya (2009), yaitu:
(1) Learning to know, yang berarti juga learning to learn
    Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa saja yang harus dipelajari akan tetapi juga memilki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu. Dengan kemampuan itu memungkinkan proses belajar tidak akan berhenti atau terbatas di sekolah saja, akan tetapi memungkinkan siswa secara terus-menerus belajar dan belajar. Inilah hakikat belajar sepanjang hayat. Apabila hal ini dimiliki siswa, maka masyarakat belajar (learning society) sebagai salah satu tuntutan masyarakat informasi akan terbentuk. Oleh sebab itu, dalam konteks learning to know juga bermakna “learning to think” atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.
(2) Learning to do
    Belajar bukan hanya sekadar mendengar atau melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang diperlukan dalam era persaingan global. Kompetensi akan dimiliki manakala anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, learning to do juga berarti proses pembelajaran berorientasi kepada pengalaman (learning by experiences).
(3) Learning to be
    Belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”, dengan kata lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang memiliki tanggung jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya.
(4) Learning to live together
    Belajar adalah untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.

2.7. Implikasi Dalam Dunia Pendidikan
    Pentingnya dasar biologis untuk pengembangan pemikiran ini selalu sering diabaikan oleh pendidik. Periodik peningkatan pertumbuhan otak (mungkin pembentukan selular jaringan) ditambah dengan bentuk yang baru, kemampuan berpikir bebas (kemampuan awal yang berisi konten) yang diikuti oleh jangka waktu yang memungkinkan kemampuan baru menjadi terintegrasi, dapat digunakan, dan menjadi fungsional. Sayangnya, organisasi dan desain buku teks komersial tidak sesuai dengan kapasitas berpikir siswa. Banyak topik yang diperkenalkan pada tahap sebelum siswa dapat memahami mereka. Konten tidak diatur sehingga dapat dipelajari dan dibangun di atas usia setahun.
Kebanyakan guru yang sudah terbiasa mengajar dengan metode lama. Keterampilan dan peningkatan kompleksitas konsep sebagai siswa bergerak melalui kelas. Kurikulum harapan untuk kinerja siswa didasarkan di indeks kelas sekolah, usia kronologis, atau pencapaian skor, daripada pada kognitif pembangunan.

1) Meningkatkan Daya Ingat dan Logika Berpikir
    Banyak orangtua yang berpandangan bahwa dengan sekali membaca anak yang pintar akan bisa mengingatnya dengan baik. Maka ketika seorang anak kemudian lupa pada apa yang baru dibacanya kemudian dianggap daya ingatnya rendah. Memang ada 1% anak yang seperti itu, tetapi kebanyakan anak membutuhkan waktu paling tidak 3 kali untuk mengulang dan mengingatnya kembali agar kuat tertanam di benaknya. Jadi tidak bosan mengulang membaca pelajaran adalah hal yang harus dibiasakan pada anak. Karena belum paham hal tersebut maka kita sebagai orangtua harus memotivasi mereka. Dengan bermain tebak-tebakan misalnya maka anak akan terdorong untuk mengingat kembali apa yang barusan dibacanya. Atau sesekali orangtua yang membaca dan anak mendengarnya, kemudian tanya anak kembali beberapa hal yang diingatnya. Bahkan main tebak-tebakan ini bisa dilakukan tiap waktu, sambil makan malam, sambil menonton TV, dalam perjalanan mengantarnya sekolah misalnya.
2) Alat Peraga dan Optimalkan Panca Indera
    Alat peraga merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk membuat ingatan anak makin kuat serta mudah mencerna sehingga daya analogi-logikanya berjalan. Misalnya menerangkan pembagian, pergunakan kerikil atau biji-bijian sehingga anak mudah memahami bahwa 20 biji kalau dibagi 2 maka sama rata tiap bagian akan berjumlah sepuluh. Dengan makin banyak alat bantu yang bisa disentuh, dilihat, dibaui dan didengarnya maka akan makin kuat memori anak. Jadi optimalkan kelima panca inderanya untuk membentuk kesan yang kuat pada memorinya.
3) Biasakan Rapi dan Disiplin
    Sementara untuk membantu anak tidak melupakan barang-barangnya dan tidak teledor, maka biasanya anak bertindak rapi dan disiplin untuk meletakkan barang-barang sesuai dengan tempatnya. Misalnya bedakan di mana tempat menaruh peralatan sekolahnya, buku-buku pelajaran, alat-alat bermain, peralatan keterampilan, buku-buku sekolah maupun buku-buku komiknya. Kebiasaan kecil ini kalau diremehkan akan membentuk sikap teledor dan pelupa sampai dewasa.
4) Musik, Seni dan Olah Raga
    Di pagi hari, hidupkan musik yang dinamis, siang hari musik yang lebih menenangkan agar anak bisa beristirahat. Musik apapun merupakan stimulan yang ampuh untuk membuat kita tenang atau memberikan dorongan semangat. Dorong anak mengembangkan bakat seni atau olah raga yang nampak disukainya. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol seperti berenang, lari pagi tiap minggu, karate dll.
5) Membaca dan Berbahasa yang Baik dan Benar
    Membaca merupakan media untuk membuka jendela dunia. Kebiasaan membaca buku-buku yang baik yang memiliki kosa kata dan dialog yang baik merupakan contoh yang sering menjadi bahan imitasi berbahasa anak sehari-hari. Maka berikan buku-buku bacaan yang berkualitas. Demikian pula cara kita berbicara akan sering didengar anak dan menjadi contoh pula caranya berkomunikasi dengan orang lain, jadi pergunakan cara berbahasa yang baik dan benar. Membacakan cerita sebelum tidur, selain akan menambah kosa kata anak juga akan melatihnya berbahasa sesuai dengan dialog yang didengarnya.
6) Melatih Daya Tahan terhadap Rasa Kecewa
    Banyak orangtua yang merasa bersalah karena masa kecilnya yang serba kekurangan atau merasa kurang waktu untuk anak, kemudian menggantikannya dengan memenuhi segala permintaan anak. Pada akhirnya anak sama sekali tidak pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak keinginannya, bagaimana menahan keinginan, ataupun rasa kecewa ketika gagal mencapai suatu hal. Padahal hal-hal ini sangat berguna untuk merangsang kemampuan mengontrol diri dan melatih stabilitas emosinya, kemampuan pada otak kanan yang berhubungan dengan kecerdasan emosinya kelak. Jadi sesekali boleh kita melakukannya, tetapi tentu saja jangan biarkan anak frustrasi berkepanjangan, komunikasi dan berikan pengertian sehingga anak bisa belajar mentoleransi dan beradaptasi dengan rasa kecewanya. Berlatih dan membiasakannya menjadi kebiasaan rutin dan baik.
Siswa tidak boleh dibuat bosan oleh pekerjaan yang terlalu mudah atau dibiarkan tertinggal oleh pengajaran yang tidak mereka pahami. Disekuilibrium harus dijaga benar-benar pas untuk mendorong pertumbuhan.  Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1) Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2) Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3) Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4) Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.


BAB III
KESIMPULAN

    Kurikulum biologi disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan Biologi secara nasional. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan biologi menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Industri baru dikembangkan dengan berbasis kompetensi biologi tingkat tinggi, maka bangsa yang berhasil adalah bangsa yang berpendidikan dengan standar mutu yang tinggi.
Kurikulum Biologi menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Pemahaman ini bermanfaat bagi siswa agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang sains dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan sains dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat. Oleh karena itu, kurikulum sains lebih menekankan agar siswa menjadi pembelajar aktif dan luwes
Kemampuan berpikir alami yang muncul pada manusia telah terbukti dengan baik. Dasar psikologis muncul melalui bukti kemampuan individu untuk menangani ide independen dan untuk berhubungan dalam meningkatkan kombinasi pemikiran dalam rentang usia dua atau tiga tahun dan sekitar usia 3 sampai 17 tahun, banyak peneliti telah menemukan berbagai deskripsi tentang fenomena pemikiran manusia yang mana semua ini digunakan dalam pengajaran siswa di dalam kelas. Ada 4 tahapan perkembangan kognitif yang tiap tahapannya berhubungan dengan usia dan cara berpikir.


DAFTAR PUSTAKA

http://floridaceae-florida.blogspot.com/2011/03/kurikulum-biologi-untuk-memberdayakan.html

http://floridaceae-florida.blogspot.com/2011/03/implementasi-kurikulum-berbasis.html

http://mapelbiologi.livejournal.com/601.html

http://www.businessclubber.com/docs/9796-kurikulum-2004-standar-kompetensi-mata-pelajaran-biologi-sekolah-menengah-atas.html

ENZIM FISIOLOGI TUMBUHAN

BAB I
PENDAHULUAN
Satu karakteristik penting dari organisme hidup  adalah berlangsungnya secara teratur sejumlah reaksi kimia yang kompleks namun terkoordinasi dengan baik di dalam setiap selnya. Walaupun terjadi banyak tipe reaksi yang berbeda pada setiap waktu tertentu, namun tidak terjadi kekacauan. Senyawa yang mengontrol metabolisme ini disebut enzim. Kesemua enzim ini beserta kegiatannya harus terkoordinasi sedemikian rupa sehingga produk-produk yang sesuai dapat terbentuk dan tersedia pada tempat yang tepat, dalam  jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan penggunaan enzim seminimum mungkin. Enzim adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisis. Suatu katalisis adalah suatu agen kimiawi yang mengubah laju reaksi tanpa harus dipergunakan oleh reaksi itu. Dengan tidak adanya enzim, lalu lintas kimiawi malalui jalur-jalur metabolisme akan menjadi sangat macet.
            Setiap reaksi kimiawi melibatkan pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan. Misalnya, hidrolisis sukrosa melibatkan pertama-tama pemutusan ikatan antara glukosa dan fruktosa dan kemudian pembentukan ikatan baru dengan suatu atom hidrogen dan suatu gugus hidroksil dari air. Biasanya enzim mempercepat reaksi dengan faktor antar 108 dan 1020. Dibandingkan dengan katalisator buatan manusia, enzim 108 hingga 109 kali lebih efektif. Selain itu enzim lebih spesifik dari pada katalisator anorganik atau organik buatan dalam macam reaksi yang dikatalisisnya.
            Enzim terdapat dalam semua sel, tetapi tidak tercampur merata di seluruh sel. Tumbuhan juga menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari serangan serangga, bakteri, jamur dan jenis pathogen begitu juga manusia, pembentukan senyawa yang lebih besar dari molekul-molekul yang lebih kecil disebut anabolisme yang membutuhkan energi. Sebaliknya, katabolisme merupakan perombakan senyawa dengan molekul yang lebih kecil yang menghasilkan energi. Baik anabolisme maupun katabolisme berlangsung secara sistematis dan teratur membentuk lintasan metabolik.
Enzim terkonsentrasi dalam kompartemen-kompartemen, misalnya enzim untuk fotosintesis terdapat pada dalam kloroplas, untuk respirasi terutama terdapat dalam mitokondria sedang sebagian lagi terdapat dalam sitosol. Pengelompokkan enzim dalam kompartemen meningkatkan efisiensi proses-proses seluler karena dua hal, yaitu pertama, membantu memastikan bahwa konsentrasi reaktan cukup di tempat enzim tersebut terdapat, dan kedua, membantu memastikan bahwa satu senyawa diarahkan menjadi hasil yang diperlukan dan tidak dialihkan ke jalur lain oleh kerja enzim lain yang berkompetisi yang juga dapat bekerja pada senyawa tersebut di tempat lain dalam sel.



BAB II
PEMBAHASAN
I. KOFAKTOR: AKTIVATOR,GUGUS PROSTETIK DAN KOENZIM
            Banyak enzim             untuk aktivitasnya memerlukan komponen non protein yang disebut kofaktor. Tidak seperti enzim, kofaktor itu stabil pada suhu yang relatif lebih tinggi dan yang tetap tidak berubah pada akhir suatu reaksi. Dapat dibedakan tiga tipe  kofaktor yaitu aktifator, gugus prostetik dan koenzim. Banyak molekul organik, beberapa berkerabat dengan vitamin, berlaku sebagai kofaktor.  Molekul kofaktor akan berikatan dengan enzim (seperti pada gugus prostetik) atau hanya berasosiasi lemah dengan enzim (seperti pada koenzim). Pada kedua keadaan, molekul kofaktor berperan sebagai pembawa kelompok atom, atom tunggal atau elektron akan dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain dalam satu jalur metabolisme.
            Di samping komponen proteinnya, beberapa enzim juga mengandung senyawa organik nonprotein dengan ukuran molekul yang lebih kecil yang disebut kofaktor. Tidak seperti enzim, kofaktor itu stabil pada suhu yang relatif tinggi dan yang tetap tidak berubah pada akhir suatu reaksi. Dapat dibedakan tiga tipe kofaktor yaitu ion anorganik (aktivator), gugus prostetik dan koenzim. 
Ion-ion  anorganik sebagai aktivator enzim
            Aktivator biasanya berikatan lemah dengan satu enzim. Banyak enzim yang berasosiasi dengan glikolisis memerlukan logam sebagai aktivator. Logam yang  diketahui merupakan aktivator dari sistem enzim adalah Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan Co. Beberapa unsur hara dapat berperan sebagai aktivator enzim,ion Mg2+ berperan sebagai aktivator enzim-enzim yang menggunakan ATP atau nukleosida difosfat atau trifosfat lainnya sebagai substrat. Kompleks enzim-substratnya adalah kompleks Mg-ATP-enzim. Ion Mg2+ berperan sebagai aktivator logam untuk sebagian besar enzim yang menggunakan ATP atau nukleosida difosfat atau trifosfat sebagai substrat. Satu kelat yang stabil dibentuk antara ATP dan Mg2+. Kompleks enzim substrat akan menjadi satu kompleks Mg-ATP enzim. Mg2+ juga berkombinasi dengan ADP. Pada jurnal yang berjudul “Aktivitas Ligninolitik Jenis Ganoderma pada Berbagai Sumber Karbon”, dimana logam yang diketahui dalam aktivator sistem enzim ini adalah Mn.
            Selain itu pada jurnal “Influence of Cadmium and Mercury on Activities of Ligninolytic Enzymes and Degradation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons by Pleurotus ostreatus in Soil” logam Mn yang diketahui dalam aktivator sistem enzim memberikan peranan penting dalam aktivitas enzim ligninoltik.
            Demikian pun Mn2+ dapat berkombinasi dengan ADP atau ATP menurut cara yang sama membentuk satu kelat yang sering sama aktifnya seperti yang dibentuk dengan Mg2+. Kombinasi kation dengan substrat dan bukan dengan enzim penting bagi kation bervalensi dua, tetapi kombinasi langsung beberapa enzim dengan mangan, besi, seng, tembaga, kalsium, dan kalium juga terjadi, seperti yang terlihat dengan besi atau tembaga pada sitokrom oksidase.
b.      Gugus prostetik
            Gugus prostetik terikat erat pada molekul protein enzim dengan ikatan kovalen dan esensial untuk aktivitas katalitik enzim yang bersangkutan, contohnya adalah enzim dehidrogenase yang berperan dalam respirasi dan perombakan asam lemak. Enzim dehidrogenase ini mengandung pigmen kuning yang disebut flavin yang terikat pada protein, dimana flavin ini esensial bagi aktivitas enzim tersebut karena kemampuannya untuk menerima dan memindahkan atom H selama proses reaksi berlangsung.
            Gugus prostetik berikatan erat dengan enzim (protein) oleh ikatan kovalen. Senyawa organik terintegrasi sedemikian sehingga membantu fungsi katalisis enzimnya misal FAD, FMN, dan biotin. Beberapa enzim dehidrogenase yang terlibat dalam respirasi dan penguraian asam lemak mengandung pigmen kuning disebut flavin yang melekat pada protein. Flavin penting untuk aktivitas enzim karena kemampuannya menerima dan kemudian memindahkan atom hidrogen selama reaksi katalisis. Sebagai contoh FAD mengandung riboflavin (vitamin B2) yang merupakan bagian FAD yang menerima atom hidrogen. Beberapa enzim mempunyai gugus prostetik yang mengandung ion logam (misal besi atau tembaga pada sitokrom oksidase). Gugus prostetik dari sitokrom berperan sebagai pembawa elektron. Pada waktu menerima elektron, besi terinduksi menjadi FE2+ pada waktu melepaskan elektron besi akan reoksidase menjadi Fe3+.
c.       Koenzim
            Banyak enzim yang tidak mempunyai gugus prostetik memerlukan senyawa organik lain untuk aktivitasnya yang disebut koenzim. Kebanyakan koenzim terdiri atas vitamin atau bagian vitamin. Telah ditemukan bahwa beberapa dari vitamin B merupakan komponen utama koenzim.  Contoh koenzim adalah NAD, NADP, koenzim A dan ATP.
            Misal, NAD (nikotinamid adenin dinokleotida) yang berasal dari vitamin asam nikotinat terdapat dalam bentuk terduksi dan teroksidasi. Pada keadaan teroksidasi berfungsi dalam katalis sebagai akseptor hidrogen yang diperlukan enzim dalam tumbuhan. Koenzim dan aktivator logam umumnya tidak melekat erat pada enzim, kadang-kadang tidak terdapat perbedaan yang jelas anara koenzim dan ggus prostetik.
Tabel 2. Beberapa vitamin beserta bentuk-bentuk koenzimnya
No .
Vitamin
Koenzim
1.
Tiamin (B­1)
Kokarboksilase
2.
Riboflavin (B2)
Riboflavin adenin dinukleotide
3.
Niasin
Nikotinamide adenin dinukleotide
4.
Piridoksin (B6)
Piridoksal fosfat
5.
Asam folat
Asam tetrahidrofolat

II. MEKANISME KERJA ENZIM
            Bagaimana suatu enzim mempercepat suatu reaksi? Pada waktu reaksi berlangsung, molekul yang berenergi tinggi mengalami perubahan. Enzim berfungsi dengan cara meningkatkan proporsi molekul yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi, sehingga mempercepat laju proses. Enzim melakukan hal ini dengan menurunkan energi yang diperlukan reaksi dan bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Adanya enzim sangat mengurangi (menurunkan) energi aktivitas suatu reaksi. Jika energi aktivasi untuk suatu reaksi itu rendah, lebih banyak molekul (substrat) dapat bereaksi daripada tanpa enzim. Enzim menigkatkan kecepatan reaksi keseluruhan tanpa mengubah suhu reaksi. Misalnya energi aktivasi untuk reaksi hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa kira-kira 32.000 kalori per mol, tetapi dengan adanya enzim invertase energi aktivasi menurunkan energi aktivasi menjadi kira-kira 9.400 kalori per mol.
            Agar reaksi dapat berlangsung (reaksi yang spontan sekalipun) memerlukan aktivasi. Molekul-molekul yang akan bereaksi itu, akan menjadi bentuk antara yang tidak stabil untuk diubah menjadi produk. Enzim berfungsi dengan cara meningkatkan proporsi molekul yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi, sehingga mempercepat laju proses.
            Enzim melakukan hal ini dengan menurunkan energi yang diperlukan reaksi, dan bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Cara kerjanya ialah dengan membentuk kompleks enzim-substrat sebagai bentuk antara yang untuk itu tenaga yang diperlukan jauh lebih sedikit daripada mengaktifkan substrat itu secara langsung.

            Selama berjalanya reaksi, enzim dan substrat berkombinasi sementara membentuk kompleks enzim substrat. Kompleks enzim substrat di hipotesiskan pertama kali oleh Fizche yang memperkirakan bahwa antara enzim dan substrt terjadi persatuan yang kaku seperti kunc dan anak kunci. Substrat adalah kunci yang bentuknya komplemen dengan enzim atau anak kunci. Bagian enzim tempat substrat berkombinasi disebut tempat aktif.
            Jika kompleks enzim substrat dibentuk maka kompleks diaktifkan untuk membentuk hasil-hasil reaksi. Setelah terbentuk hasil-hasil tidak lagi sesuai dengan tempat aktif dan dilepaskan dan tempat aktif siap menerima molekul substrat lain.
            Berbeda dengan susunan tempat aktif yang kaku. Koshland memperkirakan bahwa enzim dan tempat aktifnya merupakan struktur yang secara fisik lebih fleksibel dari pada yang telah diuraikan terdahulu. Koshland menggambarkan bahwa teradi interaksi dinamis antara enzim dan substrat. Jika substrat berkombinasi dengan enzim, substrat menginduksi perubahan-perubahan dalam struktur (konfirmasi) tempat aktif enzim sehingga fungsi katalis enzm berlangsung sangat efektif. Pemikiran ini dikenal dengan hipotesis induced fit (hipotesis yang sesuai terinduksi). Pada beberapa keadaan, struktur molekul substrat juga berubah selama di induksi sesuai, sehingga kompleks enzim substrat lebih berfungsi.

PENGARUH DENATURASI TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
            Jika struktur enzim berubah sehingga substrat tidak dapat lagi berikatan, maka aktivitas katalisis enzim akan hilang. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan seperti itu yang dengan perkataan lain menyebabkan denaturasi. Pada banyak keadaan denaturasi tidak dapat balik. Suhu yang tinggi mudah memututskan ikatan hidrogen dan menyebabkan denaturasi yang tidak dapat balik. Pemanasan ekstrem menyebabkan terbentuknya ikatan-ikatan kovalen baru antara rantai-rantai polipeptida atau anatara bagian ranti yang sama dan ikatan-ikatan ini sangat stabil.
            Suhu rendah selalu dipertahankan selama ekstraksi dan pemurnian enzim untuk mencegah denaturasi oleh panas. Ini dilakukan walaupun enzim biasa terdapat tidak terdenaturasi dalam sel-sel pada suhu yang lebih tinggi. Belum diketahui dengan pasti sebab yang menimbulkan denaturasi pada waktu pemurnian enzim pada suhu yang sama dengan suhu yang normal sel, tetapi kemungkinan adalah bahwa prosedur ekstraksi dan pemurnian telah mengambil atau mengencerkan zat-zat yang biasanya melindungi enzim. Selain itu mungkin homogenasi (penghancuran ) sel sering membebaskan dan menyebabkan enzim terdedah ke zaat-zat pendenaturasi dari kompartemen subseluler (misal vakuola) yang in vivo dicegah ileh membran agar tidak berhubungan dengan enzim. Beberapa enzim diketahui inaktif pada suhu rendah selama pemurnian. Ini pun karena terjadi suatu perubahan struktur enzim.
            Oksigen dan zat-zat pengoksidasi lain juga mendenaturasi banyak enzim yang sering disebabkan terbentuknya jembatan disulfida jika dalam rantai terdapat gugus SH sistein. Zat-zat pereduksi menyebabkan terputusnya jembatan disulfida dan terbentuk dua gugus SH . logam berat seperti Ag+, Hg2+, Hg+, atau Pb2+ dapat mendenaturasi enzim. Banyak pelarut organik juga mendenaturasi enzim.
            Jika enzim dalam keadaan kering, enzim itu kurang peka terhadap denaturasi panas dari pada juka enzim itu terhidrasi. Itulah sebabnya bii yang kering dan jamur atau spora bakteri yang kering tahan terhadap suhu tinggi, dan adanya uao adalam autoklaf yang digunakan untuk sterilisasi mengingatkan ke efektifan perlakuan daripada oven kering pada sugu yang sama. Keadaan kering itu juga mencegah denaturasi enzim oleh suhu rendah dalam biji, tunas dan bagian lain tumbuhan selama musim dingin.
            Beberapa faktor dapat menyebabkan alterasi struktur molekul enzim. Alterasi struktur molekul enzim ini disebut denaturasi. Pada dasarnya enzim yang telah mengalami denaturasi, masih dapat kembali ke bentuk normalnya dan dapat kembali berfungsi. Pada kondisi yang lebih ekstrim, enzim dapat dirombak dan tidak dapat balik, misalnya pada kondisi suhu yang lebih tinggi. Ekstraksi dan purifikasi enzim harus dilakukan pada suhu yang relatif rendah untuk menghindari terjadinya denaturasi, walaupun seandainya pada kondisi di dalam sel, enzim tersebut tidak terdenaturasi pada suhu yang relatif tinggi.
            Oksigen dan zat-zat pengoksidasi lain juga mendenaturasi banyak enzim, yang sering disebabkan terbentuknya jembatan disulfida jika dalam rantai terdapat gugus-SH dari sistein. Zat-zat pereduksi menyebabkan terputusnya jembatan disulfida dan terbentuk dua gugus-SH. Logam berat seperti Ag+, Hg2+, Hg+ atau Pb2+ dapat mendenaturasi enzim. Pada kadar air yang rendah, enzim lebih tahan terhadap pengaruh suhu tinggi karena denaturasi lebih sulit untuk terjadi. Hal ini yang menyebabkan biji kering dan spora bakteri atau spora jamur lebih tahan terhadap suhu tinggi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI ENZIMATIS
1.         Konsentrasi Substrat
            Kosentrasi enzim dan konsentrasi substrat masing-masing dapat merupakan pembatas. Katalisis yang hanya terjadi juka enzim dan substrat membentuk satu kompleks sementara. Jadi laju reaksi bergantung kepada jumlah benturan yang terjadi antara substra dan enzim, yang selanjutnya bergantung kepada kosentrasi. Jika terdapat cukup substrat, peningkatan kosentrasi enzim dua kali akan meningkatkan laju reaksi dua kali pula. Dengan penambahan lebih banyak enzim laju reaksi mulai konstan karena substrat kini menjadi pembatas.
            Karena molekul enzim jauh lebih besar daripada molekul substrat, maka ikatan kompleks enzim substrat akan lebih sukar terbentuk bila konsentrasi substrat kecil. Bila semua titik ikat aktif dalam molekul enzim telah terisi oleh substrat maka akan terjadi saturasi, kecepatan tidak dapat dinaikkan lagi.    
Gambar 3.Kurva kejenuhan suatu reaksi enzim yang menunjukkan relasi antara konsentrasi substrat   (S) dengan kelajuan (v).
2.         Konsentrasi Enzim
            Selama jumlah substrat cukup, penambahan konsentrasi enzim akan mempercepat reaksi (teoritis tak terbatas).
3.         Temperatur
            Karena enzim merupakan protein maka sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi karena kenaikan temperatur menyebabkan penambahan energi kinetik substrat dan enzim, serta bertambahnya jumlah tabrakan antara molekul sebagai akibat agitasi yang lebih besar pada temperatur lebih tinggi.
            Meskipun kerusakan enzim mulai terjadi pada temperatur 450C tetapi temperatur di bawahnya sudah dapat merusak enzim bila diberikan dalam waktu lama.
4.         pH
            Enzim biasanya dipengaruhi oleh pH medium menurut beberapa cara. Biasanya bagi suatu enzim yang berfungsi terdapat pH optimum yang pada nilai pH lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai tersebut akan menurunkan aktivitas enzim itu.
            Perubahan pH dapat menyebabkan terjadinya denaturasi, sehingga enzim kehilangan aktivitasnya. Enzim mempunyai pH optimum untuk bekerja paling aktif. Nilai pH optimum untuk sebagian besar enzim adalah sekitar 6 sampai 8, akan tetapi terdapat beberapa perkecualian. Misalnya: pepsin, enzim pencernaan dalam lambung,bekerja paling baik pada pH 2. Sebaliknya,tripsin, enzim pencernaan yang tinggal dalam lingkungan usus yang bersifat basa, memiliki pH optimum 8. Selain efek dari denaturasi , pH juga dapat mempengaruhi laku reaksi menurut dua cara yaitu:
1. Aktivitas enzim sering bergantung kepada adanya gugus asam amino atau karboksil bebas. Gugus itu dapat bermuatan atau tidak bergantung kepada enzim, tetapi hanya satu bentuk yang dianggap efektif pada suatu keadaan. Jika suatu gugus amino yang tidak bermuatan diperlukan, pH optimum akan relatif tinggi sedang gugus karboksil yang normal memerlukan pH rendah.
2. pH mengontrol ionisasi banyak substrat, beberapa substrat harus di ionisasi agar reaksi dapat berlangsung.

5. INHIBITOR (ZAT PENGHAMBAT)
            Banyak substrat asing menghambat pengaruh katalisis enzim. Beberapa senyawa itu adalah anorganik ( beberapa kation logam) dan beberapa lagi senyawa organik. Kedua senyawa itu di kelompokkan sebagai inhibitor kompetitif atau non kompetitif berdasarkan pengaruhnya terhadap substrat.
            Inhibitor kompetitif biasanya mempunyai strukutr hampir sama dengan substrat, sehingga mampu bersaing untu tempat aktif enzim. Jika kombinasi enzim dan inhibitor seperti itu terbentuk, kosentrasi molekul enzim yang efektif berkurang sehingga laju reaksi menurun. Penambahan lebih banyak substrat asli dapat mengatasi pengaruh inhibitor kompetitif.
            Inhibitor non kompetitif tidak mempunyai struktur yang serupa dengan subsrat dan membentuk kompleks enzim inhibitor pada suatu tempat bukan pada tempat aktif. Inhibitor menyebabkan perubahan pada struktur enzim, sehingga walaupun substrat asli berikatan dengan enzim katalisis tidak dapat berlangsung. Pengaruh inhibitor nonkompetitif tidak dapat diatasi hanya dengan meningkatkan kosentrasi substrat asli. Sianida berkombinasi dengan ion logam enzim tertentu (misal ion tembaga dari sitokrom oksidase) dan menghambat aktivitas enzim tersebut. Laju reaksi akan terus menurun dengan meningkatnya kosentrasi inhibitor. Ion-ion logam dan senyawa toksik yang berkombinasi dengan atau merusak gugus sulfhindril (-SH) adalah non kompetitif. Misal ion Hg2+ dapat mengganti atom H pada gugus sulfhidril membentuk merkaptan yang tidak larut.
            Aktivitas suatu enzim dapat dihambat (diperlambat atau dihentikan) oleh zat-zat kimiawi melalui berbagai cara. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam tipe non-reversibel (tidak dapat balik) dan reversibel (dapat balik). Ada 2 tipe utama hambatan reversibel, yaitu kompetitif dan nonkompetitif. Hambatan kompetitif dapat dibalik dengan cara menambah konsentrasi substrat, sedangkan yang nonkompetitif tidak dapat menambah konsentrasi substrat.
6. Hasil Reaksi
            Laju reaksi enzimatik dapat ditentukan dengan mengukur laju menghilangnya substrat atau laju pembentukan hasil atau keduanya. Menurut salah satu cara tersebut sering terlihat bahwa setelah beberapa waktu reaksi berlangsung lebih lambat. Penurunan laju reaksi diukur, tetapi faktor lain dapat merupakan penyebabnya. Salah satu faktor penting adalah menurunnya secara bersinambungan konsetnrasi substrat atau substra-substrat dan menimbunya hasil. Pada waktu hasil menimbun, kadang-kadang konsentrasi nya cukup tinggi sehingga menyebabkan reaksi dapat balik, dengan ketentuan bahwa potensi kia realatif dari hasil rektan memungkinkan dapat balik. Pada beberapa keadaan, hasil reaksi dapat menghambat kelanjutan reaksi dengan berkombinasi dengan enzim sehingga pembentukan enzim kompleks substrat selanjutnya dihambat.
            Pada jurnal yang berjudul “Activity of ligninolytic enzymes during growth and fruiting body development of white rot fungi Omphalina sp dan Pleurotus ostreotus
Abstract: Aktivitas enzim ligninolytic pada jamur putih yang sudah busuk, dalam hal ini adalah  Pleurotus dan omphalina yang dapat diamati selama pengembangan tubuh somatik dan berbuah dalam fermentasi substrat padat dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit (EFB). Aktivitas enzim ini lebih di dominasi oleh kedua lakase omphalina dan pleurotus.  Aktivitas lakase dalam tahap somatik (Perkembangan miselium) yang tinggi dibandingkan tahan pembentukan pembuahan di dalam tubuh. Aktivitas lakase yang agak tinggi jika dibandingkan dengan pleurotus. Puncak aktivitas manganese  peroksida (MnP)dari  omphalina  yang di obervasi dan di beri vaksin sesudah dua minggu, ketika  pleurotus sudah  mencapai puncak kedua  dan empat minggu sesudahnya di beri inokulasi atau pemberian vaksin.  Aktivitas MnP pada pleurotus lebih tinggi dibandingkan dengan omphalina. Pertumbuhan Omphalina di EFB tidak dapat menghasilkan lignin peroksida (LiP) yang kontras pada pleurotus. Puncak aktivitas LiP pada pleurotus yang diberi dua perangsang dan empat minggu sesudah di inokulasi. Aktivitas MnP dan LiP dibius selama pertumbuhan pembuahan di dalam tubuh ketika lakase di tingkatkan pada kedua jamur plurotus dan omphalina. Hal ini memberi kesan pada profil enzim ligninolitik yang di regulasi secara merantai dengan perkembangan pada tahap pembuahan tubuh di omphalina dan pleurotus.
Pada jurnal ini bahan yang digunakan adalah Jamur Omphalina sp dan Pleurotus ostreatus, media sorgum, tandan kosong kelapa sawit (EFB), jamur putih yang sudah membusuk (WRF), dedak padi, CuSO4, Fosfat buffer dengan pH 7,2.Metode yang digunakan adalah:
  1. Kondisi kultur. Kondisi kultur pada Omphalina sp dan Pleurotus ostreatus di inkubasi pada agar dektrosa kentang selama 5-7 hari. Media tersebut diberi diameter 10 mm dengan berat 30 gr dari koloni jamur pada media agar dektrosa kentang yang digunakan untuk inokulum media sorgum pada botol selai (volume100gr). Dan di inkubasi selama duaminggu dengan suhu 26-300C.
  2. Persiapan EFB sebagai media produksi menengah WRF. EFB diperoleh dari PT. Pinago, Palembang, Sumatera Utara. Sebanyak 500 gr EFB dicampur dengan 30% dedak padi yang direndam dengan 150 mikro meter CuSO4 dengan kadar air 50 persen. EFB disterilkan dengan cara inokulasi dua spesies dan di inkubasi di ruangan gelap. Pada proses pembuahan, substrat sepenuhnya terjajah dibuka dan ruang produksi memerah dengan udara segar (1-2 jam setiap hari) untuk mengurangi baik suhu dan tingkat karbon dioksida. Suhu ruang produksi sekitar 28-300C dengan 70-80% tubuh buah relatif humidity.The pertama diproduksi 2-4 minggu setelah inisiasi.
  3. Ekstraksi Enzim. Fosfat buffer dengan pH 7,2 adalah  digunakan untuk mengekstraksi enzim dari media dengan substrat penyangga 1:03 (b / v), sementara tanah menggunakan mortir secara menyeluruh, dan disentrifugasi pada 5.000 rpm selama 10 menit pada 0-40C sentrifugasi diulang sampai bersih filtrat diperoleh.
  4. Aktivitas Enzim Pengukuran. Pengukuran ligninolytic kegiatan dilakukan setiap minggu selama somatik fase sampai dua minggu setelah pembentukan berbuah tubuh. Aktivitas enzim dianalisis dari ekstrak kasar enzim. Aktivitas lakase diukur dengan metode dikembangkan oleh Perez dan Jeffries (1992). Satu unit lakase Aktivitas didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mengoksidasi sebuah ABTS (2,2-bis-azino-3 ethlybenzothiazoline-6-sulfonat asam) senyawa per menit pada 370C. Kegiatan LIP diukur dengan pemantauan oksidasi alkohol veratryl untuk veratraldehyde (Tien & Kirk 1984). Satu LIP unit didefinisikan sebagai 1 nmol dari veratryl alkohol (guaiacol) dioksidasi menjadi veratraldehyde per menit. MNP kegiatan ditentukan dengan memantau oksidasi guaiacol spektrofotometri pada 465 nm (Hatakka 1994). Satu unit aktivitas didefinisikan sebagai 1 nmol / l Mn2+ teroksidasi per menit. Aktivitas enzim dianalisis dari masing-masing dari tiga ulangan dan sampel sampel mengganggu. Dalam semua kasus adalah sarana untuk mereplikasi tiga budaya, dengan standar penyimpangan yang ditunjukkan oleh kesalahan 
  5.  
    HASIL
Enzim Ligninolytic Kegiatan Omphalina sp. Miselium pertumbuhan Omphalina sp. dalam EFB tumbuh sangat cepat bahwa somatik fase hanya diperlukan empat minggu untuk inkubasi. Tubuh buah dari Omphalina sp. putih dalam warna dengan permukaan mengkilap dan 2-3 cm (Gambar 1a). Setelah awal kolonisasi oleh Omphalina sp, itu. lakase kegiatan yang meningkat tajam dalam kompos dikumpulkan pada tiga minggu setelah inokulasi (1,992 U / ml). Selama perkembangan tubuh buah, kegiatan lakase secara bertahap menurun, meskipun meningkat lagi dua minggu setelah pematangan tubuh buah. Aktivitas MNP meningkat dalam waktu dua minggu setelah inokulasi dan kemudian menurun setelahnya. Kegiatan ini tidak terdeteksi selama tahap pembentukan tubuh buah. Dua minggu setelah pembentukan tubuh buah, aktivitas MNP adalah masih belum terdeteksi. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa Omphalina sp. tumbuh di EFB tidak mengekskresikan bibir. Enzim Ligninolytic Kegiatan P.ostreatus. Miselium P. ostreatus dijajah tas log dalam waktu empat minggu. Pembentukan tubuh buah diamati dua minggu setelah induksi cahaya. Gambar 1b menunjukkan tubuh buah P. ostreatus yang tumbuh pada media EFB Tubuh buah itu. tebal dan berwarna putih dengan berat biomassa segar mencapai 170 g. Setelah awal kolonisasi P. ostreatus, lakase yang kegiatan sangat tinggi yaitu 1,762 U / ml. Aktivitas lakase menurun setelah dua minggu dan peningkatan dalam tiga minggu sesudahnya . Namun, dalam pembentukan tubuh buah aktivitas lakase berkurang tajam. Namun, ada peningkatan lakase aktivitas setelah pematangan tubuh buah. Kegiatan puncak MNP dari somatik sampai tubuh buah pembangunan terjadi dua kali. Pertama itu accurred dua minggu setelah inokulasi dan puncak kedua diamati selama tubuh buah yaitu pembentukan 0,634 dan 0,799 U / ml masing-masing. Tapi MnPactivity yang berkurang setelah pematangan tubuh buah. Kegiatan LIP dari somatik sampai tubuh buah pembangunan berfluktuasi tetapi aktivitas tertinggi dicapai dalam dua dan empat minggu inkubasi yaitu 0,404 dan 0,708 U / ml masing-masing. Kegiatan Bibir menurun selama tubuh buah pembentukan dan tidak ditemukan setelah berbuah itu tubuh pematangan. Banding Aktivitas Enzim Ligninolytic dari Omphalina sp dan P.. ostreatus dan Konten Lignin pada Media Pertumbuhan. Pertumbuhan miselium dari Omphalina sp. Di EFB lignoselulosa lebih cepat daripada P. ostreatus. Para maksimum kegiatan lakase dari Omphalina sp. Sedikit lebih tinggi meskipun lebih lambat dibandingkan dengan P. ostreatus. Dalam P. ostreatus, ada dua puncak aktivitas lakase saat Omphalina sp. ada satu puncak hanya aktivitas lakase. Yang mirip  Pola juga ditemukan MNP. Namun, P. ostreatus mengeluarkan LIP dalam EFB sebagai media pertumbuhan kontras dengan Omphalina sp. Analisis lignin dari EFB selama fase somatik dan pembentukan tubuh buah menunjukkan bahwa lignin konten dua minggu setelah pembentukan tubuh pada penurunan berbuah EFB diinokulasi dengan kedua Omphalina sp. dan P. ostreatus yaitu 23,98 dan 18,37% masing-masing. Pengurangan lignin tertinggi adalah somatik diamati pada fase (empat minggu inculation) yaitu 17,52 dan 7,04% pada Omphalina sp. dan P. ostreatus masing-masing.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.        KESIMPULAN
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa ikut bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Kerja enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, konsentrasi enzim,,suhu, dan pH. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan (denaturasi). Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
B.        SARAN
-           Jika enzim mengalami denaturasi,optimalkan kembali suhunya maka enzim akan mengalami renaturasi  kembali,tetapi tidak semua enzim bisa mengalami renaturasi.
-           Perlu kita ingat  banyak  obat dan racun adalah inhibitor enzim

DAFTAR PUSTAKA

 Artiningsih Typuk, 2006. Aktivitas Ligninolitik Jenis Ganoderma pada Berbagai   Sumber Karbon. Biodiversitas. Bogor. Vol. 7 No. 4.
Adholeya Alok  &Deepak Pant, 2007. Identification, Ligninolytic Enzyme Activity     and Decolorization Potential of Two Fungi Isolated from a Distillery             Effluent Contaminated Site. Journal Biotechnology. India.
Baldrian Petr, 2000. Influence of Cadmium and Mercury on Activities of   Ligninolytic Enzymes and Degradation of Polycyclic Aromatic           Hydrocarbons by Pleurotus ostreatus in Soil. Applied And Environmental             Microbiology. Germany. Vol. 66, No. 6
Benyamin Lakitan, 2001, Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Raja Grafindo             Persada, Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1980, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Edisi Kelima, Gramedia,   Jakarta.
Dardjat Sasmitamihardja dan Arbayah Siregar, 1996. Fisiologi Tumbuhan, ITB,     Bandung.
Kalmı Erbil,dkk. 2008. Ligninolytic enzyme activities in mycelium of some wild
            and commercial mushrooms. African Journal of Biotechnology. Turkey.      Vol. 7 (23),
Michael J, Pelczar, Jr dan E. C. S. Chan, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-       Press, Jakarta.
Neil A. Campbell, Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell,      , Biologi Edisi       Kelima, Baping Raya. Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim
http://www.pdfchaser.com/Effect-of-sodium-benzoate-on-the-growth-and-            enzyme-activity-of-....html
http://www.pdfchaser.com/Alpha-amylase-inhibitor-of-amadumbe........html#
Siagian, M. Rena, dkk. 2003. Studi peranan fungi pelapuk putih      dalam proses   biodelignifikasi kayu sengon             (paraserianthes falcataria (l) nielsen). Ilmu &             Teknologi Kayu Tropis Indonesia Vol. 1  No. 1.
Widiastuti Happy, dkk. 2008. Activity of Ligninolytic Enzymes during growth      and fruiting body development of white rot fungi Omphalina sp dan      Pleurotus ostreatus. Hayati journal Biosciense. Indonesia. Vol. 15 No.4